Bagi seorang guru, keahlian dan kecakapan membuat soal merupakan suatu persyaratan mutlak yang harus dimiliki. Dengan soal yang baik dan tepat akan diperoleh gambaran prestasi siswa. Tentu tiap naskah soal yang disusun tersebut memiliki tujuan sesuai dengan aspek yang akan diukur atau dinilai. Ada 3 kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam ketiga aspek atau domain tersebut, guru perlu menyusun perangkat soal. Pada domain kognitif terdapat 6 tingkatan atau jenjang soal yang sering diistilahkan dengan tingkat kesulitan soal, sebagai berikut:
1. Ingatan
Kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali tentang sesuatu.
Kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali tentang sesuatu.
Contoh:
Daerah penghasil jagung utama di Indonesia adalah ….
a. Jawa Barat
b. Lampung
c. Sumatera Barat
d. Madura
Daerah penghasil jagung utama di Indonesia adalah ….
a. Jawa Barat
b. Lampung
c. Sumatera Barat
d. Madura
Penjelasan:
Contoh soal di atas hanya mengukur kemampuan ingatan atau hapalan karena siswa dituntut untuk mengingat kembali/menyebutkan daerah penghasil jagung di Indonesia tanpa memahami atau menerapkannya
Contoh soal di atas hanya mengukur kemampuan ingatan atau hapalan karena siswa dituntut untuk mengingat kembali/menyebutkan daerah penghasil jagung di Indonesia tanpa memahami atau menerapkannya
2. Pemahaman
Kemampuan untuk memahami sesuatu yang berarti mengetahui terlebih dahulu tentang sesuatu hal serta melihatnya dari berbagai segi, apakah dengan menguaraikann, menerangkan, atau memperluas arti suatu istilah.
Kemampuan untuk memahami sesuatu yang berarti mengetahui terlebih dahulu tentang sesuatu hal serta melihatnya dari berbagai segi, apakah dengan menguaraikann, menerangkan, atau memperluas arti suatu istilah.
Contoh:
Dalam artian luas, pertanian itu meliputi ….
a. pertanian bahan pangan, kehutanan, dan peternakan
b. pertanian bahan pangan, kehutanan, peternakan, perikanan
c. pertanian bahan pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan
d. perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan
Dalam artian luas, pertanian itu meliputi ….
a. pertanian bahan pangan, kehutanan, dan peternakan
b. pertanian bahan pangan, kehutanan, peternakan, perikanan
c. pertanian bahan pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan
d. perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan
Penjelasan:
Contoh soal tersebut menuntut siswa untuk memahami kedua arti, baik secara sempit maupun secara luas dari istilah pertanian. Selain itu siswa harus menguraikannya.
Contoh soal tersebut menuntut siswa untuk memahami kedua arti, baik secara sempit maupun secara luas dari istilah pertanian. Selain itu siswa harus menguraikannya.
3. Penerapan (aplikasi)
Proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari pemahaman. Dalam aplikasi, siswa diharapkan mampu memilih, menggunakan, dan menerapkan dengan tepat suatu teori, hukum, atau metode pada situasi baru atau situasi lain.
Proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari pemahaman. Dalam aplikasi, siswa diharapkan mampu memilih, menggunakan, dan menerapkan dengan tepat suatu teori, hukum, atau metode pada situasi baru atau situasi lain.
Contoh:
Seorang petani memiliki sebidang tanah yang luasnya 250m2 yang ditanami pohon Albasiah, tiap 5 m2 ditanami 1 (satu) batang pohon. Maka, berapa batang pohon yang diperlukan untuk ditanam pada lahan tersebut?
a. 45 batang pohon
b. 48 batang pohon
c. 50 batang pohon
d. 55 batang pohon
Seorang petani memiliki sebidang tanah yang luasnya 250m2 yang ditanami pohon Albasiah, tiap 5 m2 ditanami 1 (satu) batang pohon. Maka, berapa batang pohon yang diperlukan untuk ditanam pada lahan tersebut?
a. 45 batang pohon
b. 48 batang pohon
c. 50 batang pohon
d. 55 batang pohon
Penjelasan:
Pada contoh soal di atas siswa dituntut untuk menerapkan/mengaplikasikan prinsip pembagian untuk memecahkan masalah tersebut, yakni 250 : 5 = 50
Pada contoh soal di atas siswa dituntut untuk menerapkan/mengaplikasikan prinsip pembagian untuk memecahkan masalah tersebut, yakni 250 : 5 = 50
4. Analisis
Kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian/faktor yang satu dengan lainnya.
Kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian/faktor yang satu dengan lainnya.
Contoh:
Faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar pada diri anak dapat berasal dari anak itu sendiri (internal) dan dari luar (eksternal). Kedua faktor ini memiliki variabel tersendiri, faktor internal memiliki variabel-variabel sebagai berikut ….
a. kurikulum, buku pelajaran, metode mengajar
b. bakat, minat, kemampuan, kecerdasan, dan usia
c. sekolah, fasilitas belajar, masyarakat
d. ekonomi orang tua, status sosial orang tua, dan pergaulan
e. guru, teman sejawat, lokasi sekolah
Faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar pada diri anak dapat berasal dari anak itu sendiri (internal) dan dari luar (eksternal). Kedua faktor ini memiliki variabel tersendiri, faktor internal memiliki variabel-variabel sebagai berikut ….
a. kurikulum, buku pelajaran, metode mengajar
b. bakat, minat, kemampuan, kecerdasan, dan usia
c. sekolah, fasilitas belajar, masyarakat
d. ekonomi orang tua, status sosial orang tua, dan pergaulan
e. guru, teman sejawat, lokasi sekolah
Penjelasan:
Contoh soal di atas menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan sebab-sebab terjadinya kesulitan belajar yang terdapat dalam diri anak (faktor internal)
Contoh soal di atas menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan sebab-sebab terjadinya kesulitan belajar yang terdapat dalam diri anak (faktor internal)
5. Sintesis
Kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari dari proses analisis, suatu proses yang memadukan bagian-bagian, atau unsur secara logis sehingga menjadi suatu pola struktur atau bentuk yang baru.
Kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari dari proses analisis, suatu proses yang memadukan bagian-bagian, atau unsur secara logis sehingga menjadi suatu pola struktur atau bentuk yang baru.
Contoh:
Dengan memperhatikan gejala-gejala yang tampak, seperti anak suka melamun, mudah melupakan pelajaran, tidak memiliki bakat, dan sering sakit-sakitan. Variabel-variabel tersebut apabila dibiarkan akan mengakibatkan ….
a. meningkatnya prestasi belajar siswa
b. menambah beban bagi guru dalam mengajar
c. mempermudah tugas guru dalam mengajar
d. terjadinya kesulitan belajar
e. berfungsinya guru bimbingan dan konseling
Dengan memperhatikan gejala-gejala yang tampak, seperti anak suka melamun, mudah melupakan pelajaran, tidak memiliki bakat, dan sering sakit-sakitan. Variabel-variabel tersebut apabila dibiarkan akan mengakibatkan ….
a. meningkatnya prestasi belajar siswa
b. menambah beban bagi guru dalam mengajar
c. mempermudah tugas guru dalam mengajar
d. terjadinya kesulitan belajar
e. berfungsinya guru bimbingan dan konseling
Penjelasan:
Pada soal di atas, siswa dituntut untuk memadukan bagian (variabel) secara logis. Dalam hal ini yang dimaksud dengan bagian adalah variabel-variabel (anak suka melamun, mudah melupakan pelajaran, tidak memiliki bakat, sering sakit), kemudian siswa diharapkan mengambil kesimpulan bahwa variabel tersebut akan mengakibatkan terjadinya kesulitan belajar
Pada soal di atas, siswa dituntut untuk memadukan bagian (variabel) secara logis. Dalam hal ini yang dimaksud dengan bagian adalah variabel-variabel (anak suka melamun, mudah melupakan pelajaran, tidak memiliki bakat, sering sakit), kemudian siswa diharapkan mengambil kesimpulan bahwa variabel tersebut akan mengakibatkan terjadinya kesulitan belajar
6. Evaluasi
Yaitu jenjang tertinggi dalam kognitif, yang merupakan kemampuan untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai-nilai, ide-ide berdasarkan patokan atau kriteria tertentu. Misalnya, jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang terbaik sesuai dengan kriteria tertentu. Kriteria ini dilihat dari berbagai segi seperti ketepatgunaan, ketapatan waktu, dampak/efek samping, keuntungan dan kerugiannya, dan sebagainya.
Yaitu jenjang tertinggi dalam kognitif, yang merupakan kemampuan untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai-nilai, ide-ide berdasarkan patokan atau kriteria tertentu. Misalnya, jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang terbaik sesuai dengan kriteria tertentu. Kriteria ini dilihat dari berbagai segi seperti ketepatgunaan, ketapatan waktu, dampak/efek samping, keuntungan dan kerugiannya, dan sebagainya.
Contoh:
Ditinjau dari segi pendidikan, program nasional Keluarga Berencana (KB) memiliki beberapa tujuan, di antaranya ….
a. meningkatnya jumlah anak usia sekolah
b. kualitas pendidikan menurun
c. daya tampung sekolah menjadi terbatas
d. meningkatnya daya tampung serta kualitas pendidikan
Ditinjau dari segi pendidikan, program nasional Keluarga Berencana (KB) memiliki beberapa tujuan, di antaranya ….
a. meningkatnya jumlah anak usia sekolah
b. kualitas pendidikan menurun
c. daya tampung sekolah menjadi terbatas
d. meningkatnya daya tampung serta kualitas pendidikan
Penjelasan:
Pada contoh soal di atas, siswa diharapkan mampu menilai tujuan-tujuan Keluarga Berencana yang dihibungkan dengan kriteria pendidikan. Dari penilaian tersebut, siswa diharapkan dapat menentukan tujuan KB seperti pada option d yang relevan dengan kriteria pendidikan.
Pada contoh soal di atas, siswa diharapkan mampu menilai tujuan-tujuan Keluarga Berencana yang dihibungkan dengan kriteria pendidikan. Dari penilaian tersebut, siswa diharapkan dapat menentukan tujuan KB seperti pada option d yang relevan dengan kriteria pendidikan.
Sumber:Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment